Jumat, 23 Januari 2015

[Cerpen] When Love So Hurt



When Love So Hurt
 By: Miss Dhe
Gadis itu duduk dengan gelisah di ruang tengah apartemennya, baru saja dia pulang dari dinner dengan kekasihnya. Gadis itu menghela napas panjang, bahkan makanan yang tadi dia pesan belum tersentuh. Akibat pesan singkat yang dia terima sesaat setelah makanan itu datang.
Cklek.
Pintu apartemennya terbuka, menampakkan laki-laki tinggi yang dibalut dengan jaket sporty keluaran terbaru Nike.
“Samy?” gadis itu bangkit kemudian menyambut laki-laki yang notabene kekasih gelapnya dengan pelukan mesra.

“Kenapa cepat sekali? Bukannya tadi kamu bilang sedang dinner dengan Arnold?” tanya Samy lembut, seolah hanya menanyakan ‘tadi makan apa?’.
Gadis itu menarik napas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Menatap wajah kekasihnya dengan intens, “setelah mendapat sms darimu, aku segera pulang.”
“Apa Arnold tidak curiga? Seharusnya kamu tidak perlu melakukan itu, Han,” cetus Samy seraya melepaskan pelukan Hanna—kekasihnya lalu membimbingnya untuk duduk kembali.
“Aku takut kamu menungggu terlalu lama,” Hanna sama sekali tidak melepaskan pelukan manjanya di lengan Samy seolah-olah takut jika Samy akan meninggalkannya.
“Sudahlah jangan dipikirkan, besok pasti kamu akan mendengar ceritanya langsung,” ungkap Hanna enteng.
Samy sedikit tertohok, bagaimana pun Arnold adalah teman baiknya sejak SMP. Segala hal selalu mereka share tanpa menimbulkan rasa iri, termasuk ketika Arnold mendapat sabuk hitam taekwondo ketika lulus SMP atau ketika Samy mendapat medali emas pada olimpiade fisika ketika SMA. Namun entah apa yang merasuki Samy sehingga rasa iri itu muncul ketika Arnold memiliki kekasih dua tahun lalu. Hingga Samy memutuskan untuk mendekati Hanna, dan kini mereka terjebak dalam cinta terlarang ini.
JJJ
Pagi itu Samy menemukan Arnold yang tengah sibuk dengan barkas-berkas kantornya di taman kampus. Tidak menampakkan ekspresi kecewa akan dinnernya yang gagal tadi malam.
“Kenapa dikerjakan di sini?” tanyanya membuat Arnold terlonjak kaget.
“Ya Tuhan! Kamu mengagetkanku, Sam! Ada apa?” sahut Arnold kembali menekuni pekerjaannya.
Samy mengambil posisi duduk di samping Arnold lalu mengulang pertanyaannya yang Samy yakini tidak Arnold dengar, “kenapa dikerjakan di sini? Kamu bukan tipe orang yang suka menunda pekerjaan.”
“Hmm, tadi malam aku pergi makan. Dan ternyata berkas ini harus selesai siang ini. Kamu tahu lah bagaimana Ayahku...” cetus Arnold kemudian tersenyum. Senyuman yang membuat Samy merasa bersalah karena telah mengkhianati kepercayaan Arnold kepadanya.
“Bukanya kamu ada kuliah pagi? Kenapa masih di sini?” ungkap Arnold yang selalu hafal jadwal Samy, bahkan sejak mereka duduk di SMP.
Samy bangkit seraya tersenyum, “oke, aku kuliah dulu. Bye...”
Arnold hanya membalas dengan lambaian tangan kemudian kembali tenggelam dengan pekerjaannya.
“Samy! Tunggu!” panggil Arnold yang membuat Samy menghentikan langkahnya dan berbalik, menatap Arnold yang juga menatapnya.
Weekend ini aku akan mengajak Hanna menyeberang Karimun Jawa. Apa kamu mau ikut?” tawar Arnold dengan tatapan berharap, seperti biasa. Jika Arnold ingin berlibur dengan Hanna, maka Samy akan senantiasa mengikutinya.
Samy mengangguk pelan yang disusul dengan pekikan girang Arnold, “oke, kita berangkat dari rumahku.”
JJJ
Deburan ombak yang begitu Arnold sukai menyambut kedatangan mereka di Karimun Jawa, pulau favorit Arnold sejak kecil untuk menghabiskan liburan atau long weekend seperti kali ini. Tepat ketika matahari terbenam Arnold, Samy, dan Hanna sampai di resort yang sengaja Arnold pesan.
“Kalian istirahatlah, nanti kita bertemu ketika makan malam,” cetus Arnold memberi instruksi seraya memberikan kunci kamar kepada dua orang terpenting dalam hidupnya setelah keluarganya. Sejak kecil Arnold tidak memiliki teman baik selain Samy. Entah apa yang terjadi jika Arnold mengetahui affair yang dilakukan Hanna dengan teman baiknya itu.
Samy menghela napas pasrah, perasaan bersalah itu selalu bersarang di hatinya. Namun jika harus melepaskan Hanna, Samy juga tidak sanggup. Hatinya akan terluka. Hanna adalah gadis pertama yang dapat membuat dadanya bergemuruh ketika ada laki-laki selain dirinya berada di sekitar Hanna. Bahkan Arnold sekalipun.
JJJ
Hanya bulan sabit yang menemani Arnold malam ini. Arnold sengaja meninggalkan makan malam yang bahkan belum dia datangi. Dadanya benar-benar sesak.
Bagaimana jika aku lelah menunggu? Bagaimana jika aku menjadi egois dan memintamu hanya menjadi milikku? Bagaimana jika hubungan ini menjadi penyebab kehancuran persahabatan kami? Apa yang akan kamu lakukan?
Suara Samy berputar-putar di kepala Arnold, seperti kaset yang sengaja diputar berulang-ulang membuat kepalanya mendadak nyeri. Firasat buruk yang selama ini Arnold ingkari, serta merta memenuhi hatinya.
Arnold memejamkan matanya, membiarkan angin menerpa wajahnya. Tidak mempedulikan hawa dingin menembus kaos tipis yang dia pakai. Perasaannya lebih dingin. Namun, Arnold sama sekali tidak tahu harus melakukan apa.
JJJ
“Aku sedang tidak enak badan, kalian saja yang bermain,” hanya itu yang diucapkan Arnold sebelum menutup pintu kamarnya lagi. Menyisakan tanda tanya besar di kepala Samy. Namun, laki-laki itu tidak mau mengambil pusing. Inilah kesempatannya untuk berduaan dengan Hanna. Mereka bisa mencoba diving atau sekadar menikmati pemandangan dengan perahu sewaan.
Tanpa banyak bertanya, Hanna mengikuti ke manapun Samy mengajaknya pergi. Moment seperti memang jarang mereka miliki mengingat Arnold cukup sering mengajak Hanna berjalan-jalan atau makan di kafe.
JJJ
Cukup. Cukup sudah bukti yang dia butuhkan, tidak perlu lagi untuk mencari bukti yang nyatanya begitu menyakitinya. Arnold kembali memakai kacamata hitamnya kemudian berbalik. Dia harus segera menjauh, jika bisa mungkin Arnold ingin menghilang. Sehingga dia tidak perlu melihat pemandangan seperti itu lagi.
‘Aku ada pekerjaan mendadak, aku pulang lebih dulu.’
Pesan singkat itu diterima Samy dan Hanna sesaat setelah Arnold menaiki kapal yang akan membawanya ke Semarang kembali. Seperti ketika berangkat, Arnord memilih perjalanan laut melewati pelabuhan Tanjung Mas. Karena di pelabuhan itu pula Arnold mengikat janji dengan Hanna. Arnold tidak pernah tidak serius dengan hubungan yang dia jalin. Tidak ada kata main-main dalam kamus hubungan Arnold, karena dia tahu pihak paling tersakiti jika hubungannya berakhir adalah dirinya sendiri.
Hatinya tidak mampu menanggung kesakitan itu untuk kedua kalinya. Cukup Ibunya saja yang membuat Arnold terluka. Walau pada kenyataannya kini, wanita kedua yang paling dia cintai telah membuat luka yang sama.
JJJ
Hari ini. Beberapa hari setelah kepulangannya dari Karimun Jawa, Arnold membuat janji makan siang dengan Hanna di kafe dekat kampus. Ada hal penting yang ingin Arnold sampaikan. Sudah berhari-hari Arnold mempertimbangkannya, dan kini keputusannya telah bulat.
“Sudah lama?” sapa Hanna lalu mencium pipi Arnold seperti tidak pernah teradi apapun sebelumnya, menghilangnya Arnold beberapa hari ini sama sekali tidak membuat Hanna cemas atau bagaimana, jauh dari harapan Arnold.
“Kamu ingin bicara apa? Sepertinya serius,” cetus Hanna yang melihat kening Arnold berlipat-lipat tanda tengah memikirkan sesuatu.
“Mari kita akhiri,” ucap Arnold tanpa basa-basi. Namun, tatapan laki-laki itu tidak mengarah pada gadis di hadapannya.
“Apa?” tanya Hanna tidak paham dengan alur pembicaraan Arnold.
“Hubungan ini. Mari kita akhiri sampai di sini. Aku pikir sudah cukup mempertimbangkannya, kita tidak cocok,” lanjut Arnold menjelaskan. Seketika Hanna menatap Arnold tidak percaya, laki-laki kalem itu memutuskan hubungan mereka hanya dengan alasan tidak cocok.
Dua tahun menjalani hubungan, Hanna tidak mungkin melewatkan satu hal pun yang dapat membuat Arnold tiba-tiba mengambil keputusan yang dampaknya akan menimpa diri Arnold sendiri. Hanna tahu laki-laki di hadapannya itu membenci perpisahan.
“Apa maksudmu dengan tidak cocok?” tanya Hanna dengan suara serak, walau bagaimanapun Arnold adalah laki-laki yang dia cintai terlepas dari hubungan gelapnya dengan teman baik Arnold. Samy.
“Dua tahun hubungan kita, kita jalani dengan baik. Tapi, aku tidak menemukan chemistry yang aku inginkan. Maafkan aku, mungkin keputusan ini akan menyakitimu,” Arnold masih tidak mau memandang Hanna, akan terlalu menyakitkan jika melihat bagaimana ekspresi gadis yang paling dia cintai.
Hanna menghela napas panjang sebelum berkata, “baiklah jika itu keputusanmu. Aku menghormati semua keputusanmu yang aku yakini sudah melalui pertimbangan yang panjang. Terima kasih atas dua tahun yang telah kita lalui bersama. Permisi.”
Gadis itu segera bangkit dan beranjak. Menyembunyikan air matanya yang siap tumpah. Hanna pikir berpisah dengan Arnold akan terasa mudah karena ada Samy di sisinya. Namun, ternyata hatinya tetap hancur. Arnold bukan Samy, begitu pula sebaliknya. Banyak hal yang tidak dapat Samy berikan seperti Arnold memberikan padanya. Bukan persoalan materi. Ini lebih pada kesetiaan. Hanna baru saja menyadari bahwa Samy tidak memilikinya. Kesetiaan.
Arnold memejamkan matanya, menikmati perih yang menjalari hatinya. Jika saja Hanna memintanya untuk mempertahankan hubungan mereka, pasti. Pasti Arnold akan mengubah keputusannya. Melupakan semua hal yang pernah dia lihat maupun yang dia rasakan. Melupakan harga dirinya yang telah diinjak-injak oleh teman baiknya sendiri.
JJJ
Menangis pun tidak ada gunanya, Hanna merasa jika ini sebuah karma yang pantas dia terima karena telah mengkhianati kesetiaan Arnold. Laki-laki berhati lembut dengan senyuman yang begitu Hanna sukai.
Hanna mendial nomor kontak yang sangat dia hafal, semuanya harus selesai hari ini.
“Halo...”
“Samy?”
“Ada apa dengan suaramu?”
“Aku ingin mengakhiri semuanya hari ini,” ungkap Hanna seperti tujuan awal.
“Apa maksudmu?” balas suara di seberang dengan nada tidak mengerti.
“Aku tidak bisa melanjutkan hubungan terlarang kita, ini terlalu menyakitkan.”
“Tapi apa...”
“Terima kasih dua tahun ini, maaf menyakitimu.”
Klik.
Hanna memutuskan hubungan teleponnya secara sepihak tanpa mendengarkan ucapan Samy. Dadanya benar-benar sesak, dalam sekejap dia kehilangan dua laki-laki yang dia cintai. Seolah mendapatkan jalan untuk sedikit menebus dosa yang selama dua tahun ini dia lakukan.
Jika dia harus kehilangan Arnold maka Samy juga harus kehilangan dirinya, pikir Hanna. Karena seperti Arnold, Samy akan menjadi pihak paling terluka ketika hubungan mereka kandas. Sama seperti Arnold juga, Samy sangat membutuhkan Hanna berada di sekitarnya. Hanya di sekitarnya, supaya mereka bisa menghirup oksigen dengan baik.
Mungkin saja kejadian ini tidak perlu terjadi apabila dua tahun yang lalu Hanna dapat secara tegas hanya memilih Arnold.
Nasi telah menjadi bubur, dan bubur itu kini telah tumpah ke lantai. Yang bisa Hanna lakukan hanya memanfaatkan bubur yang tersisa dengan membuatnya menjadi lebih bermakna. Tanpa Arnold, tanpa pula Samy.
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar