When
Love So Hurt
By: Miss Dhe
Gadis itu duduk dengan gelisah di ruang
tengah apartemennya, baru saja
dia pulang dari dinner dengan
kekasihnya. Gadis itu menghela napas panjang, bahkan makanan yang tadi dia
pesan belum tersentuh. Akibat pesan singkat yang dia terima sesaat setelah
makanan itu datang.
Cklek.
Pintu apartemennya terbuka, menampakkan
laki-laki tinggi yang dibalut dengan jaket sporty
keluaran terbaru Nike.
“Samy?” gadis itu bangkit kemudian
menyambut laki-laki yang notabene kekasih gelapnya dengan pelukan mesra.
“Kenapa cepat sekali? Bukannya tadi
kamu bilang sedang dinner dengan
Arnold?” tanya Samy lembut, seolah hanya menanyakan ‘tadi makan apa?’.
Gadis itu menarik napas panjang kemudian
menghembuskannya dengan perlahan. Menatap wajah kekasihnya dengan intens,
“setelah mendapat sms darimu, aku segera pulang.”
“Apa Arnold tidak curiga? Seharusnya
kamu tidak perlu melakukan itu, Han,” cetus Samy seraya melepaskan pelukan
Hanna—kekasihnya lalu membimbingnya untuk duduk kembali.
“Aku takut kamu menungggu terlalu
lama,” Hanna sama sekali tidak melepaskan pelukan manjanya di lengan Samy
seolah-olah takut jika Samy akan meninggalkannya.
“Sudahlah jangan dipikirkan, besok
pasti kamu akan mendengar ceritanya langsung,” ungkap Hanna enteng.
Samy sedikit tertohok, bagaimana pun
Arnold adalah teman baiknya sejak SMP. Segala hal selalu mereka share tanpa menimbulkan rasa iri,
termasuk ketika Arnold mendapat sabuk hitam taekwondo ketika lulus SMP atau ketika
Samy mendapat medali emas pada olimpiade fisika ketika SMA. Namun entah apa
yang merasuki Samy sehingga rasa iri itu muncul ketika Arnold memiliki kekasih
dua tahun lalu. Hingga Samy memutuskan untuk mendekati Hanna, dan kini mereka
terjebak dalam cinta terlarang ini.
JJJ
Pagi itu Samy menemukan Arnold yang
tengah sibuk dengan barkas-berkas kantornya di taman kampus. Tidak menampakkan
ekspresi kecewa akan dinnernya yang
gagal tadi malam.
“Kenapa dikerjakan di sini?” tanyanya
membuat Arnold terlonjak kaget.
“Ya Tuhan! Kamu mengagetkanku, Sam! Ada
apa?” sahut Arnold kembali menekuni pekerjaannya.
Samy mengambil posisi duduk di samping
Arnold lalu mengulang pertanyaannya yang Samy yakini tidak Arnold dengar,
“kenapa dikerjakan di sini? Kamu bukan tipe orang yang suka menunda pekerjaan.”
“Hmm, tadi malam aku pergi makan. Dan
ternyata berkas ini harus selesai siang ini. Kamu tahu lah bagaimana Ayahku...”
cetus Arnold kemudian tersenyum. Senyuman yang membuat Samy merasa bersalah
karena telah mengkhianati kepercayaan Arnold kepadanya.
“Bukanya kamu ada kuliah pagi? Kenapa
masih di sini?” ungkap Arnold yang selalu hafal jadwal Samy, bahkan sejak
mereka duduk di SMP.
Samy bangkit seraya tersenyum, “oke,
aku kuliah dulu. Bye...”
Arnold hanya membalas dengan lambaian
tangan kemudian kembali tenggelam dengan pekerjaannya.
“Samy! Tunggu!” panggil Arnold yang
membuat Samy menghentikan langkahnya dan berbalik, menatap Arnold yang juga
menatapnya.
“Weekend
ini aku akan mengajak Hanna menyeberang Karimun Jawa. Apa kamu mau ikut?” tawar
Arnold dengan tatapan berharap, seperti biasa. Jika Arnold ingin berlibur
dengan Hanna, maka Samy akan senantiasa mengikutinya.
Samy mengangguk pelan yang disusul
dengan pekikan girang Arnold, “oke, kita berangkat dari rumahku.”
JJJ
Deburan ombak yang begitu Arnold sukai
menyambut kedatangan mereka di Karimun Jawa, pulau favorit Arnold sejak kecil
untuk menghabiskan liburan atau long
weekend seperti kali ini. Tepat ketika matahari terbenam Arnold, Samy, dan
Hanna sampai di resort yang sengaja Arnold pesan.
“Kalian istirahatlah, nanti kita
bertemu ketika makan malam,” cetus Arnold memberi instruksi seraya memberikan
kunci kamar kepada dua orang terpenting dalam hidupnya setelah keluarganya.
Sejak kecil Arnold tidak memiliki teman baik selain Samy. Entah apa yang
terjadi jika Arnold mengetahui affair
yang dilakukan Hanna dengan teman baiknya itu.
Samy menghela napas pasrah, perasaan
bersalah itu selalu bersarang di hatinya. Namun jika harus melepaskan Hanna,
Samy juga tidak sanggup. Hatinya akan terluka. Hanna adalah gadis pertama yang
dapat membuat dadanya bergemuruh ketika ada laki-laki selain dirinya berada di
sekitar Hanna. Bahkan Arnold sekalipun.
JJJ
Hanya bulan sabit yang menemani Arnold
malam ini. Arnold sengaja meninggalkan makan malam yang bahkan belum dia
datangi. Dadanya benar-benar sesak.
‘Bagaimana
jika aku lelah menunggu? Bagaimana jika aku menjadi egois dan memintamu hanya
menjadi milikku? Bagaimana jika hubungan ini menjadi penyebab kehancuran
persahabatan kami? Apa yang akan kamu lakukan?’
Suara Samy berputar-putar di kepala
Arnold, seperti kaset yang sengaja diputar berulang-ulang membuat kepalanya
mendadak nyeri. Firasat buruk yang selama ini Arnold ingkari, serta merta
memenuhi hatinya.
Arnold memejamkan matanya, membiarkan
angin menerpa wajahnya. Tidak mempedulikan hawa dingin menembus kaos tipis yang
dia pakai. Perasaannya lebih dingin. Namun, Arnold sama sekali tidak tahu harus
melakukan apa.
JJJ
“Aku sedang tidak enak badan, kalian
saja yang bermain,” hanya itu yang diucapkan Arnold sebelum menutup pintu
kamarnya lagi. Menyisakan tanda tanya besar di kepala Samy. Namun, laki-laki
itu tidak mau mengambil pusing. Inilah kesempatannya untuk berduaan dengan
Hanna. Mereka bisa mencoba diving
atau sekadar menikmati pemandangan dengan perahu sewaan.
Tanpa banyak bertanya, Hanna mengikuti
ke manapun Samy mengajaknya pergi. Moment seperti memang jarang mereka miliki
mengingat Arnold cukup sering mengajak Hanna berjalan-jalan atau makan di kafe.
JJJ
Cukup. Cukup sudah bukti yang dia
butuhkan, tidak perlu lagi untuk mencari bukti yang nyatanya begitu
menyakitinya. Arnold kembali memakai kacamata hitamnya kemudian berbalik. Dia
harus segera menjauh, jika bisa mungkin Arnold ingin menghilang. Sehingga dia
tidak perlu melihat pemandangan seperti itu lagi.
‘Aku ada pekerjaan mendadak, aku pulang
lebih dulu.’
Pesan singkat itu diterima Samy dan
Hanna sesaat setelah Arnold menaiki kapal yang akan membawanya ke Semarang
kembali. Seperti ketika berangkat, Arnord memilih perjalanan laut melewati
pelabuhan Tanjung Mas. Karena di pelabuhan itu pula Arnold mengikat janji
dengan Hanna. Arnold tidak pernah tidak serius dengan hubungan yang dia jalin.
Tidak ada kata main-main dalam kamus hubungan Arnold, karena dia tahu pihak
paling tersakiti jika hubungannya berakhir adalah dirinya sendiri.
Hatinya tidak mampu menanggung
kesakitan itu untuk kedua kalinya. Cukup Ibunya saja yang membuat Arnold
terluka. Walau pada kenyataannya kini, wanita kedua yang paling dia cintai
telah membuat luka yang sama.
JJJ
Hari ini. Beberapa hari setelah
kepulangannya dari Karimun Jawa, Arnold membuat janji makan siang dengan Hanna
di kafe dekat kampus. Ada hal penting yang ingin Arnold sampaikan. Sudah
berhari-hari Arnold mempertimbangkannya, dan kini keputusannya telah bulat.
“Sudah lama?” sapa Hanna lalu mencium
pipi Arnold seperti tidak pernah teradi apapun sebelumnya, menghilangnya Arnold
beberapa hari ini sama sekali tidak membuat Hanna cemas atau bagaimana, jauh
dari harapan Arnold.
“Kamu ingin bicara apa? Sepertinya
serius,” cetus Hanna yang melihat kening Arnold berlipat-lipat tanda tengah
memikirkan sesuatu.
“Mari kita akhiri,” ucap Arnold tanpa
basa-basi. Namun, tatapan laki-laki itu tidak mengarah pada gadis di
hadapannya.
“Apa?” tanya Hanna tidak paham dengan
alur pembicaraan Arnold.
“Hubungan ini. Mari kita akhiri sampai
di sini. Aku pikir sudah cukup mempertimbangkannya, kita tidak cocok,” lanjut
Arnold menjelaskan. Seketika Hanna menatap Arnold tidak percaya, laki-laki
kalem itu memutuskan hubungan mereka hanya dengan alasan tidak cocok.
Dua tahun menjalani hubungan, Hanna
tidak mungkin melewatkan satu hal pun yang dapat membuat Arnold tiba-tiba
mengambil keputusan yang dampaknya akan menimpa diri Arnold sendiri. Hanna tahu
laki-laki di hadapannya itu membenci perpisahan.
“Apa maksudmu dengan tidak cocok?”
tanya Hanna dengan suara serak, walau bagaimanapun Arnold adalah laki-laki yang
dia cintai terlepas dari hubungan gelapnya dengan teman baik Arnold. Samy.
“Dua tahun hubungan kita, kita jalani
dengan baik. Tapi, aku tidak menemukan chemistry
yang aku inginkan. Maafkan aku, mungkin keputusan ini akan menyakitimu,” Arnold
masih tidak mau memandang Hanna, akan terlalu menyakitkan jika melihat
bagaimana ekspresi gadis yang paling dia cintai.
Hanna menghela napas panjang sebelum
berkata, “baiklah jika itu keputusanmu. Aku menghormati semua keputusanmu yang
aku yakini sudah melalui pertimbangan yang panjang. Terima kasih atas dua tahun
yang telah kita lalui bersama. Permisi.”
Gadis itu segera bangkit dan beranjak.
Menyembunyikan air matanya yang siap tumpah. Hanna pikir berpisah dengan Arnold
akan terasa mudah karena ada Samy di sisinya. Namun, ternyata hatinya tetap
hancur. Arnold bukan Samy, begitu pula sebaliknya. Banyak hal yang tidak dapat
Samy berikan seperti Arnold memberikan padanya. Bukan persoalan materi. Ini
lebih pada kesetiaan. Hanna baru saja menyadari bahwa Samy tidak memilikinya.
Kesetiaan.
Arnold memejamkan matanya, menikmati
perih yang menjalari hatinya. Jika saja Hanna memintanya untuk mempertahankan
hubungan mereka, pasti. Pasti Arnold akan mengubah keputusannya. Melupakan
semua hal yang pernah dia lihat maupun yang dia rasakan. Melupakan harga
dirinya yang telah diinjak-injak oleh teman baiknya sendiri.
JJJ
Menangis pun tidak ada gunanya, Hanna
merasa jika ini sebuah karma yang pantas dia terima karena telah mengkhianati
kesetiaan Arnold. Laki-laki berhati lembut dengan senyuman yang begitu Hanna
sukai.
Hanna mendial nomor kontak yang sangat
dia hafal, semuanya harus selesai hari ini.
“Halo...”
“Samy?”
“Ada apa dengan suaramu?”
“Aku ingin mengakhiri semuanya hari
ini,” ungkap Hanna seperti tujuan awal.
“Apa maksudmu?” balas suara di seberang
dengan nada tidak mengerti.
“Aku tidak bisa melanjutkan hubungan
terlarang kita, ini terlalu menyakitkan.”
“Tapi apa...”
“Terima kasih dua tahun ini, maaf
menyakitimu.”
Klik.
Hanna memutuskan hubungan teleponnya
secara sepihak tanpa mendengarkan ucapan Samy. Dadanya benar-benar sesak, dalam
sekejap dia kehilangan dua laki-laki yang dia cintai. Seolah mendapatkan jalan
untuk sedikit menebus dosa yang selama dua tahun ini dia lakukan.
Jika dia harus kehilangan Arnold maka
Samy juga harus kehilangan dirinya, pikir Hanna. Karena seperti Arnold, Samy
akan menjadi pihak paling terluka ketika hubungan mereka kandas. Sama seperti
Arnold juga, Samy sangat membutuhkan Hanna berada di sekitarnya. Hanya di
sekitarnya, supaya mereka bisa menghirup oksigen dengan baik.
Mungkin saja kejadian ini tidak perlu
terjadi apabila dua tahun yang lalu Hanna dapat secara tegas hanya memilih
Arnold.
Nasi telah menjadi bubur, dan bubur itu
kini telah tumpah ke lantai. Yang bisa Hanna lakukan hanya memanfaatkan bubur
yang tersisa dengan membuatnya menjadi lebih bermakna. Tanpa Arnold, tanpa pula
Samy.
The
End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar