Jumat, 23 Desember 2016

[CERPEN] Library With Love


Library with Love
Oleh: Miss Dhe

Keheningan ruangan penuh dengan buku itu memang menyebalkan. Tapi, jika ada obyek yang begitu sayang untuk dilewatkan, Kian rela berlama-lama di sana.
Gadis yang selalu menguncir kuda rambutnya itu, kerapkali berada di spot yang sama. Rak fiksi yang begitu strategis dari tempatnya duduk, sambil berpura-pura membaca koran olahraga.

Rasanya Kian ingin mencium Bu Indah--Guru Bahasa Indonesia--yang memberikan tugas merangkum buku di perpustakaan. Meski awalnya dia menggerutu panjang pendek, karena tugas itulah Kian bertemu dengan Meta. Gadis kuncir kuda. Jadi, sebagai ganti ucapan terimakasih, Kian selalu mengerjakan tugas dari Bu Indah dengan baik. Dan, mengurangi beban Bu Indah untuk memarahi dirinya.
Sejak bertemu Meta, Bahasa Indonesia telah dinobatkan sebagai pelajaran favorit Kian. Selain karena pelajaran itu membawa takdir pertemuannya dengan Meta, dengan pelajaran itu pulalah Kian dapat menyalurkan hobi barunya. Berpuisi.
--*--
Hari ini sepertinya Kian kurang beruntung. Niat untuk 'mengamati' sang pujaan hati di perpustakaan, tak membuahkan hasil. Dua kali istirahat Kian di tempatnya seperti biasa. Namun, Meta tak juga menunjukkan batang hidungnya. Padahal, Kian sudah memastikan bahwa gadis itu tidak absent dari kelasnya. Bersyukur Kian mempunyai sepupu satu angkatan dengan Meta yang dua tingkat di bawahnya.
Kian meletakkan kepalanya di atas meja, tanpa semangat. Bahkan pelajaran Bahasa Indonesia yang menutup kelas hari itu, sama sekali tak mampu dia nikmati. Membuat Bu Indah mau tak mau menggelengkan kepala tak paham melihat kelakuan salah satu anak muridnya.
Laki-laki kurus itu berjengit kaget ketika bahunya ditepuk keras.
"Sial! Ada apa?!" Ketusnya tanpa merubah posisi. Membiarkan Awi, teman sebangkunya menatap heran.
"Harusnya aku yang tanya begitu! Ada apa?" Awi menyamankan punggungnya di sandaran kursi sambil tetap memperhatikan Kian yang tampak menggelikan dimatanya.
"Ck! Tidak ada apa-apa!" Sungut Kian dengan mode mood yang buruk.
"Kalau tidak ada apa-apa, kenapa masih di sini?"
Kian tidak menyangka bisa benar-benar kesal kepada seseorang seperti saat ini. Entah kenapa dia ingin sekali melempar teman sebangkunya itu keluar jendela. Kian nyaris saja melakukan apa yang dipikirkannya, kalau saja tidak melihat seseorang berdiri membelakanginya di depan pintu kelas. Seorang gadis yang sangat familiar bagi Kian.
Awi tersenyum miring melihat wajah tertegun Kian yang tampak bodoh.
"Dari tadi dia menunggumu. Tapi, sepertinya kamu sibuk melamun," ucapan sarkastis Awi tersebut membawa kembali Kian pada kesadarannya.
"D-d-dia me-men-cariku?" Awi mengangguk seraya menaikkan kakinya ke atas meja. Wajah gugup Kian cukup menjadi hiburan tersendiri, meskipun dia sedikit kesal akibat respon Kian yang lambat.
"Cepat temui! Atau dia akan pergi," belum sedetik Awi mengatakannya, Kian sudah melesat keluar kelas dengan beberapa kali tersandung kaki meja yang membuat Awu terbahak seketika. Salahkan bangku mereka yang berada di urutan paling belakang.
Beberapa meter di belakang gadis yang mencarinya, Kian memelankan langkah sembari mengatur napas.
"Ng... Kamu mencariku?" Tanya Kian dengan sekuat tenaga mengontrol suaranya agar terdengar wajar.
"Oh! eh, iya," gadis itu seketika berbalik dan menatap Kian. Kikuk.
"Ada perlu apa?" Tanya Kian lagi. Membuyarkan pikiran gadis di hadapannya yang sempat gagal fokus.
"Aku... Eh, saya mau mengembalikan buku Mauli. Tapi, dia minta dititipkan kepada sepupunya saja," suara lembut gadis itu membuat Kian terbuai, hingga tanpa sadar buku yang tadinya dibawa gadis itu telah berpindah tangan padanya.
"Terimakasih, Kak." Sial! Kian terbengong cukup lama. Cukup membuat gadis itu meninggalkannya beberapa langkah.
"Tunggu!" Seru Kian sambil merutuki diri dalam hati. "Apa yang harus aku katakan pada Mauli?"
Gadis itu kembali berbalik. Namun, kali ini bersama senyuman yang menurut Kian begitu manis.
"Katakan kalau Meta kelas X-7 mengembalikan bukunya," ucapnya kemudian melanjutkan langkah.
Sementara, Kian masih memandangi punggung Meta yang menjauh dengan dada nyaris meledak. Ingatkan Kian untuk berterimakasih kepada Mauli, sepupunya. Karena telah berbaik hati mempertemukan Kian dengan Meta secara langsung.
"Awi! Rasanya aku ingin menciummu!" Teriak Kian meluapkan kegembiraannya. Bahkan lupa dengan apa yang tadi ingin dia lakukan pada teman sebangkunya itu.
Awi mendengus kesal sambil cepat-cepat bergegas pulang, tanpa mengucapkan apapun pada Kian.
--*--
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar